Kami menerima Sumbangan Buku, baru maupun layak baca. Relawan kami siap menjemput. Hub. 021.9156.9156

Dekapan Ibu Memengaruhi Tingkat Stres Anak



Stres tak hanya dialami orang dewasa, anak-anak pun dapat mengalami gangguan ini. Menurut spesialis kedokteran jiwa, dr. Agung Indriany, Sp.Kj. stres dapat terjadi sejak anak dalam kandungan hingga dewasa. Jika ibu hamil mengalami tekanan berat, misalnya karena suasana keluarga yang kurang harmonis, maka akan berdampak pada janin karena hal tersebut ditransfusikan dalam janin. Janin yang dikandung akan mengalami stres cukup berat dan bila dilahirkan akan cenderung mengalami kegelisahan, murung dan marah yang akan berpengaruh pada kualitas kehidupan si anak hingga menginjak remaja.


Stres tak hanya melanda saat dalam kandungan, setelah lahir pun stres dapat terjadi. Hal itu sebagai akibat dari proses perkembangan si anak itu sendiri. Stres pada anak usia dini cenderung diakibatkan karena pola asuh orangtua serta pemenuhan kebutuhan primer seperti makan dan minum yang kurang. Anak usia dini akan rewel, sulit makan, sulit dihibur, berat badan tak normal, dan anak kurang aktif. Itu merupakan gejala anak mengalami stres.
“Mengganti pola makan pada bayi juga bisa menyebabkan stres. Misalnya, biasanya satu hari makan tiga kali, diubah menjadi dua kali akan menyebabkan rasa marah pada bayi sehingga bayi menjadi rewel,” tuturnya. Selain itu, dekapan sang ibu memengaruhi tingkat perkembangan anak terutama dalam hal menghindari stres, misalnya ibu sibuk bekerja tanpa memperhatikan dan memberikan kasih sayang, anak bisa juga terkena stres.
“Stres tak memiliki batasan usia. Anak-anak cenderung mengalami stres karena pola pikir mereka yang belum sempurna, belum mampu memisahkan antara rasio dan kenyataan, selain itu karena daya nalar kurang. Seperti acara film anak di TV, adegan film kartun yang memperlihatkan manusia digiling truk namun masih bisa berdiri, mereka anggap adalah kejadian nyata. Mereka belum bisa membedakan yang mana kenyataan dan adegan,” katanya.
Menginjak usia remaja, daya tahan anak terhadap stres makin meningkat. Agung menyebutkan, penyebab stres anak berusia 12 tahun ke atas didominir oleh pertumbuhan fisiknya. “Saat anak perempuan mengalami menstruasi pertama akan timbul rasa cemas,” katanya. Remaja pada usia ini mengalami masa perkembangan yang labil, yang dapat mengubah perilakunya, seperti tak ingin dianggap masih kecil, ingin mandiri bahkan tak ingin diatur. Untuk menghadapi hal ini, orangtua harus proaktif mengadakan pendekatan dengan si anak. Pendekatan tersebut dilakukan dengan cara berkomunikasi dengan anak layaknya sebagai teman, selain itu komunikasi antarorangtua juga harus lancar. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara berekreasi bersama keluarga, makan bersama, atau menyempatkan waktu berkumpul antaranggota keluarga.
Jika orangtua tak mengerti saat anaknya mengalami stres, bisa menyebabkan adanya jalan buntu. Orangtua yang telah melakukan pendekatan dengan anak, akan mampu membuat anak lebih terbuka dan percaya bahwa kita sebagai orangtua adalah teman curhat terbaik. Dalam komunikasi yang telah dijalin, orangtua dapat menyisipkan suatu nasihat, menanamkan etika dan moral serta memberikan pandangan sebab-akibat. “Jadi dengan ini, tiap hendak melakukan tindakan negatif anak akan berpikir dua kali. Kita tak perlu melarang anak dengan aturan yang membuatnya tertekan sehingga mampu memicu stres,” ujarnya.
Melalui pengalaman-pengalaman yang telah dia lakukan dari kecil hingga menginjak usia remaja, serta cara kita mendidik bagaimana anak menghadapi masalah, menjadi solusi utama bagi anak menghindari stres. “Orangtua jangan terus membantu anaknya saat anaknya didera masalah. Biarkan anak belajar menyelesaikan masalahnya. Orangtua hanya bertugas memantau perkembangannya. Jika si anak sudah tak mampu, barulah peran orangtua diperlukan,” ungkapnya.
Stres terdiri dari beberapa tingkatan. Stres dalam skala ringan sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, seperti ketika si anak akan berangkat sekolah, hujan turun dan tak ada payung. Karena waktu mendesak, anak menjadi panik sehingga timbullah rasa cemas. Solusi menghindari stres adalah dengan bersikap tak panik saat ada masalah. Rasa panik mampu membuat pikiran buntu, sehingga jalan keluar tak dapat dipikirkan. Jika perasaan tenang, masalah dapat diatasi. Stres dengan skala berat misalnya ketika anak menyaksikan orangtua bercerai atau ketika mengalami peristiwa pelecehan seksual. Sedang untuk tingkat terberat dapat berupa tragedi bom, tsunami dan memerlukan waktu lama untuk penyembuhannya. Ketiga tingkatan tersebut mampu membuat perubahan tingkah laku pada anak.
Daya tahan orang menghadapi stres berbeda-beda. Untuk itu orangtua perlu mengetahui tingkatan stres yang dialami anaknya, karena hal tersebut akan memengaruhi pola asuh orangtua terhadap anak. “Jika orangtua memiliki anak lebih dari satu, pola pengasuhannya harus dibedakan disesuaikan dengan daya tahan stresnya,” ungkap Agung. Orangtua dapat mengetahui daya tahan stres anak-anaknya dengan melihat kejadian sehari-hari.
Permasalahan yang terjadi pada remaja salah satunya adalah materi pelajaran yang menumpuk. Agar tak menimbulkan stres perlu diadakan bimbingan serta dengan adanya jadwal kegiatan bermain, belajar, hingga bersosialisasi dengan lingkungan. Hal tersebut sudah tentu harus ditaati oleh anak. Pengaturan waktu sebagai upaya menghindari rasa panik anak menghadapi segala kegiatan menumpuk, sehingga dengan jadwal waktu bermain akan ada. -lik

1 komentar:

dwi mengatakan...

Sebenarnya tidak terlalu sulit jika kita ingin mencetak anak kita menjadi super cerdas, JIKA KITA TAHU RAHASIANYA............


SMART PARENT'S FOR SMART STUDENT'S, sebuah Produk yang memaparkan kepada anda bagaimana
rahasia dan kunci sukses mencetak anak super cerdas dunia- akhirat
(sebuah konsep pendidikan anak yang memadukan IQ , EQ, dan SQ)

Segera Temukan Rahasianya...........Jangan buang-buang waktu

ingin tahu rahasianya silakan kunjungi : www.anaksupercerdas.com